Khazanah
M. Fadhli Dzil Ikram

Tata Cara dan Doa Niat Puasa Tasua dan Asyura Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

Tata Cara dan Doa Niat Puasa Tasua dan Asyura Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

01 Oktober 2025 | 06:58

keboncinta.com --- Puasa Tasua dan Asyura adalah amalan sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Puasa Tasua dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram, sedangkan puasa Asyura jatuh pada tanggal 10 Muharram. Kedua puasa ini termasuk ibadah yang memiliki keutamaan besar, karena Muharram adalah salah satu bulan haram (asyhurul hurum) yang dimuliakan Allah SWT.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang mulia.”

Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Azhim menjelaskan bahwa empat bulan haram yang dimaksud adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam bulan ini amal kebaikan akan dilipatgandakan, begitu pula dosa akan lebih berat jika dilakukan. Oleh karena itu, ibadah puasa di bulan Muharram memiliki nilai yang sangat istimewa.

Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Muslim:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

Artinya: “Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram.”

Doa Niat Puasa Tasua (9 Muharram)

Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَاسُوعَاء لِلَّهِ تَعَالَى

Latin:
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ

Artinya:
“Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”

Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ menegaskan bahwa niat adalah syarat sah ibadah puasa. Tanpa niat, puasa tidak dianggap sah. Oleh karena itu, doa niat ini sebaiknya dilafalkan sebelum tidur malam atau setelah sahur pada tanggal 9 Muharram.

Doa Niat Puasa Asyura (10 Muharram)

Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلَّهِ تَعَالَى

Latin:
Nawaitu shauma ‘âsyûrâ’a lillâhi ta‘âlâ

Artinya:
“Saya niat puasa Asyura karena Allah SWT.”

Puasa Asyura memiliki keutamaan yang agung. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Artinya: “Puasa Asyura, aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun yang lalu.”

Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Lathoif al-Ma’arif menafsirkan hadits ini sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada umat Nabi Muhammad SAW. Dengan hanya berpuasa sehari, Allah memberikan pengampunan dosa setahun yang telah lalu, selama dosa tersebut bukan termasuk dosa besar.

Doa Niat Puasa Tasua dan Asyura di Siang Hari

Bagi yang lupa berniat pada malam hari, ulama sepakat bahwa untuk puasa sunah diperbolehkan melafalkan niat di siang hari, dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak fajar.

Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا الْيَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَاسُوعَاء أَوْ عَاشُورَاء لِلَّهِ تَعَالَى

Latin:
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â awil ‘âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ

Artinya:
“Aku berniat puasa sunah Tasua atau Asyura hari ini karena Allah SWT.”

Imam Nawawi dalam Al-Adzkar menegaskan bahwa puasa sunah lebih longgar dalam hal niat dibandingkan puasa wajib. Selama belum makan, minum, atau melakukan hal yang membatalkan, niat di siang hari tetap sah.

Hikmah Puasa Tasua dan Asyura

Ulama menjelaskan bahwa puasa Tasua dan Asyura bukan hanya sekadar ibadah sunah, tetapi juga sarat dengan hikmah. Imam Asy-Syaukani dalam Nailul Authar menyebutkan beberapa hikmah: pertama, mengikuti jejak Nabi Musa AS yang berpuasa sebagai bentuk syukur kepada Allah karena diselamatkan dari Firaun; kedua, membedakan ibadah umat Islam dengan kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada 10 Muharram, sehingga Rasulullah SAW menganjurkan untuk juga berpuasa sehari sebelumnya, yaitu 9 Muharram; ketiga, menjadi momentum untuk memperbanyak amal salih di bulan yang mulia.

Selain itu, Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa dianjurkannya puasa Tasua bertujuan agar kaum Muslim tidak menyerupai praktik ibadah kaum Yahudi yang hanya berpuasa pada 10 Muharram. Dengan demikian, berpuasa pada 9 dan 10 Muharram sekaligus menjadi sunnah yang lebih utama.

Tata Cara Melaksanakan Puasa Tasua dan Asyura

Pelaksanaan puasa Tasua dan Asyura pada dasarnya sama dengan puasa sunah lainnya, dengan beberapa tahapan yang perlu diperhatikan. Tata cara ini memastikan bahwa ibadah puasa dilakukan sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Memahami langkah-langkah ini akan membantu umat Muslim dalam menjalankan doa niat puasa Tasua dan Asyura dengan benar.

1. Melafalkan Niat Puasa

Niat puasa sunah Tasua dan Asyura dapat dilafalkan pada malam hari sebelum fajar atau di pagi hari sebelum waktu zuhur, asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak subuh. Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ menjelaskan bahwa niat merupakan syarat sah puasa yang harus ditetapkan dalam hati, karena niat membedakan antara ibadah dan kebiasaan biasa.

2. Makan Sahur

Dianjurkan untuk makan sahur menjelang masuk waktu subuh atau sebelum imsak. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
"تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً"
Artinya: “Makan sahurlah, karena dalam sahur terdapat keberkahan.”
Sahur memberikan kekuatan fisik dan keberkahan spiritual bagi yang berpuasa.

3. Menahan Diri dari Hal yang Membatalkan Puasa

Selama berpuasa, umat Muslim wajib menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

4. Menjaga Diri dari Perbuatan Dosa

Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga diri dari dosa.

Tags:
Dalil Agama Puasa Tasua Puasa Asyura

Komentar Pengguna