Keboncinta.com-- Rasa kecewa menyelimuti seluruh penjuru negeri ketika Timnas Indonesia dipastikan gagal melaju ke Piala Dunia 2026. Kekalahan tipis 0-1 dari Irak di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah, Minggu dini hari WIB, menjadi akhir dari perjalanan panjang penuh harapan. Setelah sebelumnya juga kalah dari Arab Saudi, Garuda pun harus mengubur mimpi besar yang telah lama ditunggu jutaan rakyat Indonesia.
Duka yang Menyentuh Seluruh Bangsa
Bukan hanya para pemain dan pelatih yang menanggung beratnya hasil ini. Di berbagai tempat — rumah, warung kopi, hingga linimasa media sosial — rasa sedih dan kecewa tumpah jadi satu. Suara-suara doa dan harapan bergema di antara rakyat yang masih setia percaya. Mereka yang selalu menonton perjuangan Garuda kini hanya bisa berbisik lirih, “Mungkin memang belum waktunya.”
Ucapan Maaf dan Akhir yang Pahit
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyampaikan permohonan maaf kepada publik atas hasil ini. Dengan nada berat, ia mengakui bahwa impian besar melihat Merah Putih tampil di panggung Piala Dunia belum bisa diwujudkan tahun ini.
Sementara itu, Pelatih Patrick Kluivert berusaha menenangkan para pemain dan pendukung. Ia menilai meski hasilnya mengecewakan, tim sudah menunjukkan perkembangan signifikan. Namun, rasa kecewa tak bisa dihindari — karena perjuangan yang begitu keras ternyata belum cukup untuk menembus sejarah.
Gelombang Reaksi Publik
Di media sosial, warganet langsung ramai membahas hasil ini. Tagar #KluivertOut bahkan sempat menduduki trending topic. Banyak yang menyoroti strategi permainan, efektivitas serangan, hingga keputusan-keputusan teknis di lapangan. Meski kritik berdatangan, tak sedikit juga yang tetap memberikan apresiasi. Indonesia sudah melangkah jauh hingga babak keempat kualifikasi — sesuatu yang belum pernah dicapai sebelumnya — dan itu tetap menjadi pencapaian yang layak dihargai.
Mimpi yang Masih Tertunda
Kegagalan ini bukan akhir segalanya. Justru, inilah saatnya refleksi. Perjalanan menuju panggung dunia menuntut lebih dari sekadar semangat juang — tapi juga pembangunan menyeluruh: sistem pembinaan usia muda, pelatih berkualitas, kompetisi yang sehat, dan mental juara yang kuat. Semua itu butuh waktu dan komitmen bersama.
Harapan di Tengah Luka
Kali ini, Garuda memang belum bisa terbang setinggi yang diharapkan. Namun, dari luka inilah lahir tekad baru. Air mata yang menetes malam ini adalah bentuk cinta dan keyakinan bahwa suatu hari nanti, bendera Merah Putih akan berkibar di panggung dunia.
Karena setiap kali Garuda jatuh, selalu ada jutaan tangan rakyat yang siap menuntunnya untuk bangkit dan terbang lebih tinggi lagi.
Contributor: Tegar Bagus Pribadi