Khazanah
Misbah Mustofa

Benarkah Ada Praktik Feodalisme di Pesantren? Ini Penjelasan Lengkapnya dari KUA Greged

Benarkah Ada Praktik Feodalisme di Pesantren? Ini Penjelasan Lengkapnya dari KUA Greged

11 Oktober 2025 | 05:20

Keboncinta.com- Isu mengenai adanya praktik feodalisme di lingkungan pesantren belakangan kembali menjadi perbincangan publik. Banyak yang mengaitkan sikap santri yang sangat menghormati guru atau kiai sebagai bentuk feodal, di mana ada hubungan yang dianggap terlalu hierarkis antara murid dan guru. Namun, benarkah demikian?

Secara umum, feodalisme adalah sistem sosial yang menempatkan golongan tertentu di posisi lebih tinggi dan berkuasa atas golongan lain, baik secara ekonomi, politik, maupun sosial.

Dalam konteks kehidupan modern, istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan sikap patuh tanpa berpikir kritis kepada figur yang dianggap berkuasa.

Baca Juga: Mengapa Refleksi Belajar Penting Dilakukan Setiap Akhir Pembelajaran?

Namun, dalam penjelasan yang disampaikan oleh Ust. Ahmad Rojali, penyuluh agama Islam KUA Kecamatan Greged di kanal YouTube resminya, anggapan bahwa pesantren menerapkan praktik feodalisme adalah salah besar. 

Menurutnya, penghormatan santri kepada guru bukanlah bentuk penindasan atau kepatuhan buta, melainkan bagian dari ajaran adab dan akhlak yang menjadi fondasi pendidikan pesantren.

“Kalau memang ada praktik feodal yang membuat santri tidak kritis, itu salah besar. Karena ada momen-momen tertentu kapan santri itu mengagungkan sesuatu yang seharusnya diagungkan dan kapan dia berpikir kritis,” jelasnya.

Pesantren, lanjutnya, bukan hanya tempat santri belajar tata cara beribadah dan memahami ilmu agama, tetapi juga tempat mereka membentuk karakter dan adab terhadap sesama, terutama kepada guru sebagai perantara ilmu.

Baca Juga: Kuasai Materinya! Ini Muatan Soal Bahasa Indonesia yang Perlu Kamu Pelajari

Hal ini merujuk pada ajaran dalam berbagai kitab klasik, termasuk Ta’lim al-Muta’allim karya Syekh Zarnuji, yang menegaskan pentingnya memuliakan ilmu dan orang berilmu.

“Dalam kitab Ta’lim al-Muta’allim disebutkan bahwa yang pertama kali mengagungkan ilmu adalah Allah SWT. Ketika malaikat diperintahkan bersujud kepada Nabi Adam, itu adalah simbol memuliakan ilmu, bukan orangnya semata,” tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa penghormatan santri kepada guru di pesantren bukan berarti menyembah atau menuhankan guru, tetapi bentuk handap asor (rendah hati) sebagai wujud penghormatan terhadap ilmu. Tradisi ini telah mengakar lama dan menjadi ciri khas dunia pesantren.

“Para kiai dan guru tidak pernah meminta untuk dihormati secara berlebihan. Namun, adab itu berjalan otomatis karena santri memahami makna penghormatan terhadap ilmu,” ujarnya.

Di sisi lain, santri juga tetap diajarkan untuk berpikir kritis dan proporsional. Tidak ada ketaatan mutlak dalam hal yang bertentangan dengan ajaran agama. “Tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam urusan maksiat kepada Allah,” tegasnya.

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pesantren bukan tempat tumbuhnya feodalisme, melainkan lembaga pendidikan yang menyeimbangkan antara ketaatan dan kritisisme, antara adab dan ilmu. Justru melalui sistem yang berakar pada nilai-nilai penghormatan, pesantren membentuk generasi santri yang berilmu, berakhlak, dan berkarakter.***

Tags:
KUA Greged feodalisme di pesantren adab dan akhlak santri menghormati guru dalam Islam

Komentar Pengguna