Keboncinta.com-- Banyak penulis pemula merasa puisinya “kurang dapet rasa” — entah terdengar datar, kaku, atau nggak menyentuh. Padahal, rahasia agar puisi terasa hidup sering kali terletak pada dua hal sederhana: majas dan diksi. Kalau kamu bisa memainkan keduanya dengan tepat, puisimu akan jauh lebih berwarna dan berjiwa. Yuk, kenali bedanya dan cara menggunakannya!
1. Diksi: Pilihan Kata yang Tepat Sasaran
Diksi adalah pilihan kata. Dalam puisi, setiap kata punya bobot makna dan rasa.
Kata yang kamu pilih bisa menentukan suasana dan emosi pembaca. Misalnya, bandingkan dua kalimat ini:
Kalimat kedua terasa lebih kuat, kan? Itu karena pemilihan kata seperti menembus dan menggigil menambah kesan emosional.
Diksi yang tepat bukan sekadar indah, tapi juga pas dengan perasaan yang ingin kamu sampaikan.
2. Majas: Gaya Bahasa yang Menghidupkan Kata
Kalau diksi adalah bahan mentahnya, maka majas adalah bumbu yang membuat kata-kata jadi lebih “berasa.” Majas digunakan untuk memperindah kalimat, memberikan efek imajinatif, dan menyentuh emosi pembaca.
Contoh:
Majas membuat puisi punya daya hidup. Ia mengubah kalimat biasa menjadi kalimat yang bisa “dirasakan.”
3. Gabungkan Keduanya agar Puisi Punya Jiwa
Diksi yang kuat tanpa majas bisa terasa kering. Sebaliknya, majas yang berlebihan tanpa diksi yang tepat bisa terasa berlebihan. Keduanya harus seimbang: pilih kata yang pas, lalu beri sentuhan gaya bahasa untuk memperkuat rasa.
Diksi memberi makna, majas memberi rasa. Jika keduanya berpadu, puisi akan berbicara lebih dari sekadar kata.
Menulis puisi bukan soal seberapa rumit bahasanya, tapi seberapa tulus pesannya.
Dengan diksi yang tepat dan majas yang hidup, puisimu nggak akan garing — tapi mengalir, menggetarkan, dan meninggalkan kesan.
Contributor: Tegar Bagus Pribadi