Keboncinta.com-- Waktu pelaksanaannya yang semakin dekat, atmosfer Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional 2025 mulai menunjukkan geliatnya.
Mulai Senin (30/9/2025), kafilah dari berbagwi negwra mulai berdatangan, seperti Myanmar yang menjadi rombongan internasional pertama yang tiba di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Kedatangan mereka disambut panitia dan perwakilan Kementerian Agama (Kemenag) Sulsel, sekaligus menjadi penanda dimulainya rangkaian kedatangan peserta mancanegara pada ajang perdana MQK Internasional.
Mulai adanya kedatangan kafilah dari berbagai negara, semarak MQK Internasional 2025 kian terasa. Kabupaten Wajo bersiap menjadi tuan rumah pertemuan besar yang akan mempertemukan ulama, santri, akademisi, dan pecinta kitab turats dari 10 negara dan 34 provinsi di Indonesia.
Dalam MQK Internasional 2025 ini hadir pula observer dari Filipina yang merupakan perwakilan dari National Commission on Muslim Filipinos (NCMF).
Dua orang perwakilan lembaga tersebut datang secara khusus untuk menyaksikan jalannya MQK Internasional sebagai langkah awal memperkuat jejaring keilmuan Islam di kawasan Asia Tenggara.
“Kami datang berdua sebagai observer utusan Filipina,” ucap Sawia Punut, observer dari Filipina, di Makassar, Selasa (30/9/2025).
Ia menerangkan, tradisi pengkajian Kitab Kuning sebenarnya cukup dikenal di Filipina pada masa lalu. Namun, belakangan tradisi itu mulai jarang ditemukan.
Sehingga saat ada kompetisi MQK Internasional seperti sekarang ini dan sudah kami tawarkan ke semua, hingga batas akhir pendaftaran belum ada yang siap mengikuti kompetisi,” jelas Sawia.
Selanjutnya, Jurhana Dimaapao sebagai observer pendamping dari NCMF mengatakan bahwa mereka sangat senang dan antusias turut hadir pada Perhelatan MQK Internasional 2025.
Ia mempunyai harapan untuk dapat belajar dalam mempersiapkan partisipan yang akan ikut di MQKI berikutnya.
“Kita akan coba belajar untuk mempersiapkan untuk next MQK Internasional, selain juga kita ingin membangun jejaring dengan para peserta,” harap Jurhana.
Hadirnya delegasi Filipina sebagai observer menambah warna tersendiri dalam pelaksanaan MQK Internasional 2025. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa ajang yang mengusung tema “Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian dengan Kitab Turats” tidak hanya relevan di Indonesia, tetapi juga menjadi perhatian bagi komunitas Muslim di negara lain, terutama wilayah ASEAN.
Harus diketahui, ajang ini bukan hanya kompetisi membaca kitab kuning dengan tartil yang benar, tetapi juga ruang perjumpaan budaya, silaturahmi antarbangsa, serta penguatan kembali tradisi intelektual Islam yang diwariskan para ulama sejak masa lampau.***