Pendidikan
M. Fadhli Dzil Ikram

Industri Kerja 2025: Masihkah Gelar Sarjana Jadi Syarat Utama? Begini Menurut Riset di Amerika

Industri Kerja 2025: Masihkah Gelar Sarjana Jadi Syarat Utama? Begini Menurut Riset di Amerika

25 September 2025 | 06:02

keboncinta.com --- Apakah kuliah masih penting untuk sukses di era kerja modern? Simak tren terbaru tentang nilai gelar sarjana, peran pengalaman, sertifikasi, hingga peluang karier tanpa ijazah formal.

Tren dunia kerja tengah mengalami pergeseran besar, khususnya dalam cara perusahaan memandang gelar sarjana. Jika dulu ijazah dianggap sebagai tiket utama untuk mendapat pekerjaan bergengsi, kini semakin banyak perusahaan lebih menekankan keterampilan praktis dan pengalaman nyata.

Menurut survei Burning Glass Institute, persentase pekerjaan yang membutuhkan gelar sarjana menurun dari 51% pada 2017 menjadi 44% pada 2021. Gallup juga mencatat penurunan drastis dalam persepsi pentingnya kuliah di kalangan anak muda AS: dari 74% pada 2013 menjadi hanya 41% pada 2019.

Perusahaan besar seperti Apple dan Tesla bahkan secara terbuka tidak lagi menjadikan gelar sarjana sebagai syarat utama rekrutmen. Mereka menilai pola pikir, pengalaman, serta keterampilan teknis bisa sama berharganya dengan ijazah formal.

Pengalaman kerja dianggap lebih bernilai daripada sekadar gelar. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan, rata-rata pekerja berganti pekerjaan 12 kali sepanjang kariernya. Artinya, fleksibilitas, adaptasi, dan kemampuan lintas bidang kini jauh lebih dihargai. Soren Kaplan dari University of Southern California menegaskan, pengalaman dari magang, kegiatan sukarela, hobi, hingga perjalanan bisa menjadi aset relevan bagi pekerjaan modern.

Google bahkan menciptakan career certificates—program sertifikasi praktis yang melatih kompetensi sesuai kebutuhan pasar kerja. Universitas inovatif seperti Minerva juga memadukan kuliah virtual dengan imersi budaya global dan program magang, membuktikan bahwa pendidikan nontradisional bisa melahirkan lulusan yang kompetitif.

Meski begitu, gelar sarjana tetap memberi keuntungan signifikan. Data Pew Research menunjukkan, pekerja muda AS tanpa gelar memang mengalami kenaikan pendapatan dalam 10 tahun terakhir. Namun, statistik lain masih menegaskan keunggulan lulusan perguruan tinggi. Tingkat pengangguran lulusan SMA per Juli 2024 tercatat 4,6%, sementara pemegang gelar sarjana hanya 2,3%.

Pendapatan pun berbeda jauh. Laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS menyebutkan, rata-rata lulusan SMA di AS memperoleh USD 899 per minggu (sekitar Rp 14,9 juta), sedangkan lulusan sarjana bisa mencapai USD 1.493 (Rp 24,78 juta) per minggu. Selain itu, perguruan tinggi memberikan nilai tambah berupa keterampilan berpikir kritis, komunikasi, dan pemecahan masalah yang penting di dunia kerja apa pun.

Kesimpulannya, gelar sarjana masih relevan sebagai jalan menuju karier stabil dan penghasilan lebih tinggi. Namun, bukan satu-satunya jalan. Sertifikat profesi, pelatihan singkat, dan pengalaman praktis kini semakin diakui perusahaan sebagai alternatif. Pilihan terbaik bergantung pada tujuan pribadi, bidang pekerjaan, dan kondisi finansial masing-masing individu.

Sumber Rujukan

  1. Harvard Business Review – Artikel Soren Kaplan tentang pengalaman nonakademis dalam karier (2023).
  2. U.S. Bureau of Labor Statistics – Data pengangguran dan pendapatan lulusan SMA vs sarjana (2024).
Tags:
Sarjana Industri Kerja Pengangguran

Komentar Pengguna