Berita
Rahman Abdullah

Dirjen Pendis Sebut Sinkronisasi dan Orkestrasi Materi Pendidikan Pancasila Penting dilakukan di Satuan Pendidikan Kemenag

Dirjen Pendis Sebut Sinkronisasi dan Orkestrasi Materi Pendidikan Pancasila Penting dilakukan di Satuan Pendidikan Kemenag

03 Agustus 2025 | 02:42

Keboncinta.com-- Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya, semua satuan pendidikan di Indonesia harus menghadirkan nilai-nilai esensial dari Pancasila dalam proses pembelajarannya.

Untuk hal tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Amien Suyitno mengungkapkan dengan tegas akan pentingnya sinkronisasi dan orkestrasi materi pendidikan Pancasila yang digunakan di satuan pendidikan di bawah Kemenag.

Pernyataan tersebut disampaikan Suyitno saat mewakili Menteri Agama dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Jakarta, Kamis (31/7/2025).

“Selama ini di lingkungan Kemenag, penggunaan Teks Buku Utama (TBU) mengacu pada edaran dari Kemendikdasmen. Buku-buku yang kami pakai pun telah mendapat legitimasi dan rekomendasi dari Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP),” jelasnya.

Suyitno menekankan bahwa legitimasi pemerintah atas buku pelajaran penting untuk menjamin kualitas dan validitas materi yang diajarkan. Sinkronisasi kurikulum antara BPIP dan Kemenag disebutnya sebagai langkah strategis dalam merawat Pancssila di kalangan pelajar.

Pada forum yang dihadiri oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti, Kepala BPIP Yudian Wahyudi, Suyitno juga mengungkapkan pesan Menteri Agama mengenai penerapan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang akan mulai diimplementasikan pada tahun ajaran 2025.

“KBC ini meliputi cinta kepada Tuhan dan Rasul-Nya, cinta kepada bangsa dan tanah air, cinta kepada lingkungan, cinta pada sesama umat, dan cinta pada ilmu,” terangnya.

Selanjutnya, Suyitno juga secara khusus menyoroti tantangan besar dalam implementasi nilai cinta kepada sesama. Ia menyebut tindakan bullying atau perundungan masih menjadi masalah serius di lingkungan pendidikan, termasuk lembaga pendidikan berbasis  keagamaan.

“Kalau ini tidak kita tangani secara reformatif, bukan tidak mungkin lembaga pendidikan yang kita cita-citakan sebagai lembaga ramah justru berubah menjadi lembaga yang marah,” ungkap Suyitno.

Bukan hanya itu, Suyitno juga menyoroti kerusakan lingkungan yang disebutnya sudah mencapai tahap darurat. Ia menekankan perlunya formulasi dan aksi nyata dari lembaga pendidikan berbasis teologi agama dalam menyikapi masalah lingkungan.***

Tags:
pendidikan berita nasional kemenag

Komentar Pengguna