Keboncinta.com-- Untuk seorang Muslim, ibadah salat lima waktu yang wajib tentunya menjadi sebuah ritual yang tidak boleh ditinggalkan olehnya. Namun terkadang banyak orang yang awam dalam melaksanakan ibadah yang menjadi tiang agama Islam ini.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag) melakukan penyusunan kurikulum, silabus, dan modul Ngaji Fasolatan.
Penyusunan ini berlangsung di Jakarta, 7 – 9 Agustus 2025. Penyusunan dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan akademisi, praktisi pendidikan Islam, dan perwakilan PBNU.
Diluncurkannya Program Fasolatan ini bertujuan menyediakan panduan pembelajaran salat yang mudah dipahami dan dilakukan oleh masyarakat luas. Modul akan memuat tata cara wudu, tayamum, salat, hingga panduan menjadi imam serta makmum.
Menurut Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Arsad Hidayat mengatakan bahwa penyusunan kurikulum ini berangkat dari realitas bahwa banyak masyarakat yang belum memiliki dasar kuat dalam ibadah salat, terutama salat wajib lima waktu.
“Banyak orang tua yang ingin belajar salat tapi sulit mengakses tempat seperti madrasah atau pesantren. Kita harus hadir dengan solusi yang mudah dan sesuai kebutuhan mereka,” ungkapnya di Jakarta, Kamis (7/8/2025).
Selanjutnya, menurut Arsad, ia menerangkan bahwa modul Fasolatan tidak hanya akan memuat tata cara ibadah, tetapi juga nilai dan hikmah dari salat itu sendiri. Salat yang benar seharusnya tercermin dalam akhlak dan perilaku sosial setiap Muslim.
Kemudian, Arsad menambahkan, buku Fasolatan akan dibuat sederhana, kontekstual, dan mudah dipahami oleh semua kalangan, termasuk generasi muda.
“Kita harap buku ini jadi rujukan nasional, bukan hanya bagi penyuluh, tapi juga bagi siapa saja yang ingin memperdalam salatnya,” terang Arsad.
Atas adanya program tersebut, Ketua Lembaga Takmir Masjid PBNU, Mokhamad Mahdum, menyampaikan apresiasi atas inisiatif Kemenag dalam menyusun panduan ibadah salat yang sesuai syariat Islam dan mudah diakses.
Kepala Subdirektorat Kemasjidan, Akmal Salim Ruhana, menjelaskan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari peluncuran Ngaji Fasolatan pada 24 Juni 2025. Selanjutnya, akan digelar coaching nasional bagi 100 fasilitator Fasolatan pada September mendatang.
“Setelah coaching, pelaksanaan di lapangan akan dikoordinasikan dengan BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) dan LTM (Lembaga Takmir Masjid) daerah, agar kurikulum ini benar-benar sampai ke masyarakat,” jelasnya.
Dengan modul ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat yang ingin belajar ilmu salat, atau yang ingin menyempurnakan pemahaman ibadahnya, terutama tentang salat wajib.***