Keboncinta.com-- Di tengah arus deras modernitas dan kemajuan teknologi, manusia berlomba-lomba menimba ilmu dan meraih prestasi akademik. Namun, di balik semua pencapaian itu, ada satu nilai luhur yang perlahan memudar dari kehidupan: adab.
1. Adab, Fondasi dari Ilmu
Dalam khazanah Islam, adab selalu ditempatkan di atas ilmu. Para ulama klasik menekankan bahwa ilmu tanpa adab bagaikan pohon tanpa buah, ia mungkin tumbuh tinggi, tetapi tidak memberi manfaat. Imam Malik rahimahullah pernah berkata kepada murid-muridnya, "Pelajarilah adab sebelum mempelajri ilmu."
Adab bukan sekadar sopan santun atau tata krama lahiriah. Ia adalah refleksi dari ketundukan hati terhadap kebenaran dan penghormatan kepada sesama makhluk Allah. Adab membentuk cara seseorang menuntut ilmu, berinteraksi, berbicara, bahkan berselisih pendapat. Ilmu mungkin membuat seseoarang pintar, tetapi adab-lah yang membuatnya bijak.
2. Ketika Ilmu Tidak Lagi Dihiasi Adab
Kita hidup di era di mana informasi melimpah, tetapi kebijaksanaan semakin langka. Diskusi di ruang publik sering berubah menjadi ajang saling merendahkan. Media sosial menjadi medan "perang kata", di mana banyak yang merasa paling tahu tanpa belajar memahami.
Fenomena ini menunjukkan bahwa ilmu tanpa adab dapat berubah menjadi kesombongan. Padahal, hakikat ilmu sejati adalah mengantarkan manusia pada kerendahan hati dan rasa kagum terhadap kebesaran Tuhan.
3. Warisan Ulama: Adab Sebelum Segalanya
Para ulama terdahulu menjadikan adab sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan keilmuan. Imam al-Ghazali, misalnya, dalam Ihya' Ulumuddin menjelaskan bahwa adab adalah jembatan antara ilmu dan amal. Tanpa adab, ilmu tidak akan berubah amal yang baik.
Demikian pula, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengingatkan bahwa orang yang berilmu tapi tidak beradab justru bisa menyesatkan orang lain. Maka, ulama bukan hanya dikenal karena keluasan ilmunya, tetapi juga karena kemuliaan akhlaknya, rendah hati, sabar, dan menghormati perbedaan.
4. Menghidupkan Kembali Adab
Sudah saatnya masyarakat modern kembali menempatkan adab di tempat yang semestinya. Sekolah, keluarga, dan lembaga pendidikan perlu menanamkan nilai adab bersamaan dengan ilmu. Orang tua menjadi teladan, guru menjadi pembimbing hati, bukan sekadar pengajar otak.
Menjaga adab berarti menjaga kemanusiaan kita. Sebab, ketika manusia kehilangan adab, ilmu sebesar apa pun tak akan mencegahnya dari kehancuran moral.
Contributor: Tegar Bagus Pribadi