Keboncinta.com-- Pernah tidak merasakan saat membaca puisi, seolah-olah kita dapat melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dituang dalam puisi tersebut? Nah, itu karena adanya citraan dalam setiap kata, frasa, maupun kalimat yang dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran konkret tentang hal-hal yang ingin disampaikan oleh penyair.
Citraan (imaji) adalah gambaran yang muncul melalui pancaindra ketika membaca puisi. Citraan membuat pembaca seolah dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium, atau menyentuh apa yang digambarkan penyair.
Berikut beberapa jenis citraan dalam puisi beserta contohnya:
Menggambarkan sesuatu yang dapat dilihat oleh mata sehingga pembaca bisa membayangkan bentuk, warna, atau suasana.
Contoh: “Ternyata rumah yang kita bangun sudah runtuh, pecah, dan berserakan.”
Berkaitan dengan suara atau bunyi yang terdengar dalam puisi.
Contoh: “Bisikan dalam doa terus memanggil namamu.”
Menimbulkan rasa atau emosi batin, seperti sedih, rindu, atau bahagia.
Contoh: “Memunculkan bulir-bulir kebencian, bukankah harusnya kau bersalah,Tuan?”
Menggambarkan bau atau aroma yang dapat dirasakan oleh hidung.
Contoh: “Aroma kopi itu masih kuingat sampai sekarang.”
Menggambarkan rasa di lidah, seperti manis, asin, atau pahit.
Contoh: “Pahit kopi hitam membuatku terjaga semalaman.”
Memberikan kesan adanya pergerakan pada benda, manusia, atau alam sehingga puisi terasa hidup.
Contoh: “Dari beribu jalan sudah dilalui, mengapa tak kunjung bertemu?”
Citraan membuat pembaca merasakan pengalaman batin penyair. Dengan citraan, pembaca dapat memahami makna puisi secara lebih mendalam, bukan hanya sekadar kata-kata. Melalui citraan pula, keindahan dalam bait-bait puisi menjadi lebih terasa.
Citraan menjadikan puisi bukan hanya rangkaian kata, tetapi juga pengalaman rasa. Ia menjadi jembatan antara pikiran penyair dan perasaan pembaca. Tanpa citraan, puisi hanyalah kata yang datar namun dengannya, setiap bait bisa berbicara lewat indra dan emosi.