Sejarah
Rahman Abdullah

Mengulas Peristiwa Perebutan Yerusalem oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dari Tangan Tentara Salib

Mengulas Peristiwa Perebutan Yerusalem oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dari Tangan Tentara Salib

01 Juli 2025 | 17:34

Salahuddin Al-Ayyubi merebut Yerusalem pada 1187 M, mengakhiri kekuasaan salib dengan strategi, keberanian, dan toleransi.

Keboncinta.com-- Melihat wilayah Palestina terutama Yerusalem, kota yang dianggap suci oleh tiga agama besar dunia yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi telah lama menjadi pusat pertempuran dan perebutan.

Salah satu peristiwa penting dalam sejarah kota ini adalah perebutan Yerusalem oleh Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1187 M, yang menandai kemenangan besar dalam perjuangan umat Islam terhadap pasukan salib Kristen.

Pada abad ke-12, Yerusalem berada di bawah kekuasaan Kerajaan Yerusalem, sebuah negara yang didirikan oleh tentara salib setelah Perang Salib Pertama pada tahun 1099 M.

Kerajaan ini dikuasai oleh orang-orang Eropa Kristen yang menganggap Yerusalem sebagai kota suci yang harus dipertahankan dari pengaruh Muslim.

Salahuddin Al-Ayyubi, seorang panglima Muslim yang lahir di Tikrit pada tahun 1137 M, telah menonjol dalam dunia Islam berkat keberanian dan kemampuan militernya.

Setelah pengangkatannya sebagai pemimpin Dinasti Ayyubiyah di Mesir dan Suriah, Salahuddin memfokuskan upayanya untuk menyatukan dunia Islam dan merebut kembali wilayah yang hilang, termasuk Yerusalem, dari pasukan salib.

Salahuddin memulai pertempuran untuk merebut Yerusalem dengan mempersiapkan strategi yang matang. Salah satu langkah awalnya adalah mengumpulkan pasukan besar yang terdiri dari tentara dari berbagai wilayah Islam, termasuk Mesir, Suriah, dan Yaman.

Selain itu, Salahuddin juga memperkuat aliansi dengan pemimpin-pemimpin Muslim di Timur Tengah untuk memastikan keberhasilan dalam pertempuran.

Perebutan Yerusalem tidak terjadi secara tiba-tiba; Salahuddin terlebih dahulu berhasil merebut beberapa kota penting di sekitar Yerusalem, termasuk Acre, Haifa, dan Jaffa, yang memberi tekanan besar terhadap pertahanan salib.

Serangan ini juga bertujuan untuk melemahkan pasukan salib dan menghancurkan moral mereka.

Pada tahun 1187, Salahuddin memimpin pasukan Muslim menuju Yerusalem. Sebelumnya, pasukan salib yang dipimpin oleh Raja Guy de Lusignan telah mengalami kekalahan besar dalam Pertempuran Hattin, yang berlangsung pada 4 Juli 1187.

Pertempuran ini menjadi titik balik dalam sejarah perebutan Yerusalem. Setelah kemenangan di Hattin, pasukan Salahuddin menguasai sebagian besar wilayah Palestina, dan pada tanggal 2 Oktober 1187, ia mengepung Yerusalem.

Pengepungan Yerusalem berlangsung selama beberapa minggu, di mana pasukan salib, yang dipimpin oleh Patriark Yerusalem dan beberapa komandan Eropa, berusaha mempertahankan kota tersebut.

Namun, setelah bertahan dalam kesulitan, pasukan salib menyerah pada 2 Oktober 1187. Salahuddin, dalam tindakan yang menunjukkan kebesaran hatinya, menawarkan perjanjian damai dengan syarat para penduduk Yerusalem dapat meninggalkan kota dengan aman.

Salahuddin tidak hanya dikenal karena kemampuannya dalam pertempuran, tetapi juga karena kebijaksanaannya setelah merebut Yerusalem.

Sebagai pemimpin yang beriman, ia menunjukkan sikap yang penuh toleransi terhadap umat Kristen yang tinggal di kota tersebut.

Alih-alih membalas dendam atau mengeksekusi penduduk kota, Salahuddin mengizinkan mereka untuk meninggalkan Yerusalem dengan selamat, bahkan mengembalikan tempat-tempat ibadah Kristen yang telah dihancurkan.

Tindakan ini sangat kontras dengan perlakuan pasukan salib yang sering kali melakukan pembantaian terhadap penduduk Muslim selama penaklukan Yerusalem pada Perang Salib Pertama.

Pengampunan yang diberikan oleh Salahuddin ini menjadikan dirinya sebagai pemimpin yang dihormati oleh banyak orang, baik di dunia Islam maupun di kalangan umat Kristen.

Keberhasilan Salahuddin merebut Yerusalem dari tangan pasukan salib memiliki dampak besar terhadap sejarah dunia. Pertama-tama, ia berhasil mengembalikan Yerusalem ke dalam kekuasaan Islam setelah hampir 90 tahun dikuasai oleh salib.

Selain itu, kemenangan ini menginspirasi perjuangan umat Islam di seluruh dunia untuk melawan dominasi Eropa di wilayah tersebut.

Perebutan Yerusalem juga membawa perubahan dalam hubungan antara dunia Islam dan Kristen.

Meskipun konflik tetap ada, tindakan kebijaksanaan Salahuddin membantu meredakan ketegangan dan memberikan contoh bagi pemimpin masa depan tentang pentingnya pengampunan dan toleransi.

Perebutan Yerusalem oleh Salahuddin Al-Ayyubi adalah salah satu babak penting dalam sejarah konflik antara dunia Islam dan Kristen.

Kemenangan ini tidak hanya mengembalikan kota suci tersebut ke tangan umat Islam, tetapi juga memperlihatkan kepemimpinan yang penuh kebijaksanaan, keberanian, dan toleransi.

Salahuddin Al-Ayyubi tidak hanya dikenang sebagai seorang panglima perang, tetapi juga sebagai simbol perdamaian dan kehormatan dalam perjuangan untuk keadilan bagi semua.***

Tags:
pendidikan Sejarah

Komentar Pengguna