Pendidikan
Vini Dwi Jayati

Mengajarkan Kemanusiaan Lewat Sastra

Mengajarkan Kemanusiaan Lewat Sastra

02 November 2025 | 14:17

Keboncinta.com--   Sekolah sering sibuk mengajarkan rumus, tapi lupa mengajarkan rasa. Padahal, di luar logika dan angka, manusia hidup dengan nurani. Di sinilah sastra mengambil perannya—bukan sekadar mata pelajaran, melainkan cara mendidik manusia agar tetap manusia.

Sastra tidak mengajarkan apa yang benar, tetapi mengapa sesuatu bisa salah. Ia membuka ruang bagi empati, perasaan, dan keraguan. Membaca novel, puisi, atau drama membuat siswa memahami bahwa hidup bukan hitam-putih, bahwa kebaikan dan kejahatan sering bertukar wajah.

Sastra Sebagai Laboratorium Nurani

Ketika siswa membaca Bumi Manusia, mereka tidak hanya mengenal Minke dan Nyai Ontosoroh, tapi belajar tentang keberanian berpikir di tengah tekanan sosial. Saat membaca Laskar Pelangi, mereka belajar bahwa kemiskinan bisa dikalahkan dengan ilmu dan tekad. Sastra, dengan segala imajinasinya, adalah laboratorium tempat nilai-nilai kemanusiaan diuji, bukan diajarkan secara dogmatis.

Sastra mengajarkan empati lebih baik dari seribu ceramah moral. Ia membuat pembaca merasakan penderitaan, bukan sekadar memahaminya. Itulah yang disebut pendidikan rasa—dimensi yang sering absen dalam sistem pendidikan yang terobsesi pada ujian dan skor.

Guru dan Tugas Kemanusiaan

Guru sastra punya tugas mulia: bukan hanya menilai ejaan dan alur, tapi menuntun siswa membaca jiwa manusia di balik kata. Diskusi tentang tokoh fiksi bisa menjadi jendela untuk membicarakan isu nyata—tentang kejujuran, keadilan, dan keberanian berpikir.

Pendidikan sejati bukan mencetak manusia cerdas, tapi manusia yang tidak kehilangan empati. Di titik itu, sastra bukan pelajaran tambahan, melainkan kebutuhan moral.

Menulis untuk Mengingatkan Diri

Dengan membaca dan menulis sastra, siswa belajar satu hal penting: bahwa manusia tidak sempurna, tapi selalu bisa belajar untuk menjadi lebih baik.

Sastra mengingatkan kita bahwa di balik setiap teori dan teknologi, masih ada hal yang paling penting untuk diajarkan di sekolah—kemanusiaan.

Contributor: Tegar Bagus Pribadi

Tags:
Literasi Pendidikan Karakter Sastra Karya Sastra Karya Fiksi

Komentar Pengguna