Keboncinta.com-- Di tengah masyarakat Arab jahiliyah yang memandang perempuan sebagai beban, Rasulullah ﷺ datang membawa revolusi yang tak bersuara keras, tetapi mengguncang akar budaya. Beliau tidak hanya berbicara tentang kesetaraan; beliau mencontohkannya dalam kehidupan nyata.
Dalam sejarah peradaban, tidak ada tokoh yang lebih besar jasanya dalam mengangkat martabat perempuan selain Nabi Muhammad ﷺ.
Dari Objek Menjadi Subjek Kemanusiaan
Sebelum Islam, bayi perempuan dikubur hidup-hidup, perempuan dianggap milik lelaki, dan tidak memiliki hak waris. Namun wahyu turun menegaskan kemanusiaan mereka:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin...” (QS. Al-Isra 17:31)
Rasulullah ﷺ menjadikan ayat itu bukan hanya bacaan, tetapi tindakan. Ia melarang kekerasan, menjamin hak ekonomi, dan menegaskan bahwa kemuliaan di sisi Allah tidak ditentukan oleh jenis kelamin, melainkan oleh ketakwaan (QS. Al-Hujurat 49:13).
Rasulullah sebagai Teladan Keadilan dan Cinta
Rasulullah ﷺ memperlakukan perempuan dengan kelembutan yang dilandasi penghormatan.
Beliau bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah yang paling baik kepada istriku.” (HR. Tirmidzi no. 3895, hasan sahih)
Kelembutan itu bukan basa-basi moral. Di rumah, beliau membantu pekerjaan domestik, menambal pakaian, dan mendengarkan keluh kesah istrinya. Dalam masyarakat patriarkal, sikap ini adalah perlawanan kultural yang lembut namun radikal.
Perempuan Sebagai Pilar Peradaban
Rasulullah ﷺ tidak melihat perempuan sebagai pelengkap, melainkan sebagai penentu masa depan umat. Ia bersabda:
“Surga berada di bawah telapak kaki ibu.” (HR. An-Nasa’i no. 3104, Ahmad no. 15473 – sahih)
Dalam satu kalimat itu, perempuan ditempatkan di posisi tertinggi: sumber kasih, pendidikan, dan moralitas. Di tangan merekalah lahir generasi yang beradab.
Martabat yang Tak Lekang oleh Zaman
Di zaman ketika perempuan kembali diukur dari rupa dan bukan pikirannya, pesan Rasulullah ﷺ tetap relevan: kemuliaan sejati bukan soal gender, tapi keadilan dan kasih sayang.
Beliau datang bukan sekadar mengubah hukum, tetapi mengubah cara pandang manusia terhadap kemanusiaan.
Dan selama umat Islam masih meneladani beliau, perempuan tidak akan pernah kehilangan martabatnya.
Contributor: Tegar Bagus Pribadi