Khazanah
Vini Dwi Jayati

Jalaluddin Rumi: Penyair yang Menulis dengan Tinta Cinta Ilahi

Jalaluddin Rumi: Penyair yang Menulis dengan Tinta Cinta Ilahi

04 November 2025 | 20:33

Keboncinta.com--   Nama Jalaluddin Rumi melampaui batas agama, bangsa, dan zaman. Ia bukan hanya penyair sufi terbesar dalam sejarah Islam, tetapi juga penyembuh jiwa manusia modern yang haus makna. Melalui puisinya, Rumi menulis bukan dengan pena dan tinta biasa, melainkan dengan tinta cinta Ilahi—sebuah cinta yang melampaui logika, tapi menuntun manusia kembali kepada sumber kehidupan: Allah.

Cinta Sebagai Jalan Menuju Tuhan

Bagi Rumi, cinta bukan sekadar perasaan; ia adalah energi kosmik yang menggerakkan seluruh makhluk menuju Penciptanya. Dalam Mathnawi, ia menulis:

“Cinta adalah jembatan antara dirimu dan segalanya.”

Rumi melihat cinta sebagai bahasa universal yang menghapus batas ras, agama, dan ego. Cinta Ilahi menuntun manusia untuk mengenal dirinya, karena dalam mengenal diri, seseorang menemukan Tuhannya—sejalan dengan sabda Rasulullah ﷺ:

“Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.” (HR. Baihaqi dalam Al-Asma’ wa Ash-Shifat)

Puisi Sebagai Zikir

Puisi Rumi bukan sekadar karya sastra; ia adalah zikir dalam bentuk kata. Setiap baitnya adalah doa yang menari, setiap kalimatnya adalah langkah menuju kesadaran Ilahi.
Ia mengajarkan bahwa spiritualitas bukan tentang menjauh dari dunia, melainkan menemukan Tuhan di dalamnya. Dalam putaran tarian sufi (sama’), Rumi mengajarkan keseimbangan: diam dalam gerak, fana dalam cinta.

Warisan yang Melintasi Zaman

Rumi hidup pada abad ke-13, di tengah kekacauan politik dan perang salib. Namun dari reruntuhan itu, ia menulis tentang kedamaian. Puisinya tidak menuduh, melainkan memeluk. Tidak menghakimi, melainkan mengajak manusia menyembuhkan diri lewat kasih.

Hari ini, pesan Rumi tetap relevan: bahwa dunia tidak akan damai dengan kebencian, tetapi dengan cinta yang sadar.

Penutup: Menjadi Pecinta yang Sadar

Jalaluddin Rumi bukan hanya penyair; ia adalah guru jiwa.
Ia mengingatkan bahwa cinta sejati bukan yang menuntut balasan, tetapi yang menuntun kepada Tuhan. Dalam setiap kata yang ia tulis, ada bisikan lembut: “Pergilah mencari cinta, karena di sana engkau akan menemukan dirimu.”

Contributor: Tegar Bagus Pribadi

Tags:
Khazanah Islam Cinta Puisi Penyair Karya Sastra Khazanah

Komentar Pengguna