Sejarah
Rahman Abdullah

Nuruddin Zanki: Pahlawan Islam yang Menyalakan Semangat Jihad Melawan Tentara Salib di Damaskus

Nuruddin Zanki: Pahlawan Islam yang Menyalakan Semangat Jihad Melawan Tentara Salib di Damaskus

04 November 2025 | 17:59

Keboncinta.com-- Kisah Nuruddin Mahmud Zanki (1118–1174 M) mungkin tidak seterkenal Shalahuddin Al Ayyubi dalam sejarah Perang Salib.

Namun perlu diketahui bahwa Nuruddin Zanki  adalah salah satu pemimpin besar dunia Islam yang dikenal karena keadilannya, keteguhannya dalam menegakkan syariat, dan perannya dalam membangkitkan semangat jihad melawan pasukan salib. Ia adalah putra Imaduddin Zanki, pendiri Dinasti Zanki di wilayah Suriah dan Mesopotamia.

Nuruddin Zanki memerintah Aleppo dan Damaskus, dua kota penting di kawasan Syam (Suriah modern), dan berhasil mempersatukan umat Islam di bawah panji keadilan serta perjuangan melawan penjajahan pasukan salib dari Eropa.

Ketika Nuruddin masih muda, dunia Islam sedang dilanda perpecahan. Negeri-negeri Muslim di Timur Tengah terpecah-belah dan terancam oleh Perang Salib yang dilancarkan Eropa Barat.

Baca Juga: Dari Cirebon ke Melbourne: Riset Dosen UIN Siber Ciptakan Ruang Belajar Islam untuk Anak Diaspora

Setelah ayahnya, Imaduddin Zanki, gugur dalam pertempuran, Nuruddin mewarisi kepemimpinan dan tanggung jawab besar untuk melanjutkan perjuangan melawan pasukan salib.

Namun, berbeda dari banyak penguasa lainnya, Nuruddin tidak hanya mengandalkan kekuatan militer. Ia menata pemerintahan berdasarkan nilai keadilan, ilmu, dan spiritualitas. Ia percaya bahwa kemenangan sejati harus dimulai dari pembersihan hati dan perbaikan umat.

Nuruddin Zanki dikenal luas sebagai pemimpin yang sangat adil dan zuhud. Ia tidak hidup mewah meski memiliki kekuasaan besar.

Dalam sejarah, disebutkan bahwa ia menolak menggunakan harta negara untuk kepentingan pribadi dan selalu memastikan bahwa setiap kebijakan berlandaskan keadilan.

Baca Juga: Akhir Riwayat Raja Louis XVI: Dari Tahta Kemewahan ke Panggung Eksekusi Mati

Ia juga membangun banyak madrasah, rumah sakit, dan masjid, menjadikan kota-kotanya pusat ilmu pengetahuan dan spiritualitas. Di bawah kepemimpinannya, Aleppo dan Damaskus berkembang menjadi benteng peradaban Islam yang maju dan damai.

Bahkan musuh-musuhnya menghormati dirinya. Sejarawan Barat menulis bahwa Nuruddin adalah contoh penguasa Muslim yang bijak, jujur, dan mencintai rakyatnya.

Salah satu warisan terbesar Nuruddin Zanki adalah pendidikan dan pembinaan terhadap generasi muda mujahid, termasuk Salahuddin Al-Ayyubi, sang penakluk Yerusalem.

Nuruddin membentuk jaringan ulama, panglima, dan intelektual yang berpadu dalam semangat jihad dan ilmu. Ia menanamkan kesadaran bahwa mempersatukan umat lebih penting daripada kekuasaan pribadi.

Baca Juga: Cahaya Islam di Layar Lebar: 71 Karya Bersaing di Kompetisi Film Islami 2025

Setelah wafatnya Nuruddin, perjuangan melawan tentara salib dilanjutkan oleh murid dan penerus spiritualnya, Salahuddin, yang berhasil membebaskan Al-Quds (Yerusalem) pada tahun 1187 M — sebuah cita-cita besar yang telah lama dipupuk oleh Nuruddin.

Nuruddin Zanki wafat pada tahun 1174 M di usia 56 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Damaskus, dan hingga kini, namanya dikenang sebagai pemimpin adil yang memadukan kekuatan iman, ilmu, dan keberanian.

Peninggalan pentingnya bukan hanya dalam bentuk wilayah, tetapi nilai kepemimpinan Islami: keadilan sosial, cinta ilmu, dan pengabdian tulus kepada umat. Dalam catatan sejarah Islam, ia sering disebut sebagai “Raja yang saleh” (al-Malik al-‘Adil) — julukan yang menggambarkan kepribadiannya sebagai pemimpin yang bertakwa dan rendah hati.

Baca Juga: Bisa Beli Tiket Konser Bryan Adams Langsung di BRImo! Nostalgia Lagu Legendaris Tanpa Ribet

Sejarah hidup Nuruddin Zanki adalah pelajaran abadi bahwa kekuatan sejati bukanlah pada senjata, melainkan pada iman dan keadilan. Ia menunjukkan bahwa perubahan besar dimulai dari perbaikan moral pemimpin dan rakyat.***

Tags:
Sejarah Internasional Khazanah Islam Sejarah Islam

Komentar Pengguna