keboncinta.com --- Dalam pernikahan adat Sunda, ada satu prosesi yang selalu menarik perhatian, yaitu sawer. Prosesi ini biasanya dilakukan setelah akad nikah, di mana kedua pengantin duduk berdampingan lalu ditaburi campuran beras kuning, uang logam, permen, dan bunga oleh orang tua atau sesepuh keluarga.
Sekilas tampak seperti ritual meriah, namun di baliknya, sawer memiliki makna filosofis yang dalam bagi kehidupan rumah tangga.
Kata sawer dalam bahasa Sunda berarti “menaburkan” atau “menyebarkan”. Dalam konteks pernikahan, sawer adalah simbol penyebaran doa, rezeki, dan keberkahan bagi pasangan yang baru menikah. Tradisi ini sudah dilakukan turun-temurun dan menjadi salah satu ciri khas pernikahan adat Sunda.
Baca juga : Pernikahan Adat Sunda: Prosesi, Makna, dan Filosofinya
Beras Kuning
Melambangkan kemakmuran, doa agar keluarga baru selalu berkecukupan dan diberkahi rezeki halal.
Uang Logam
Simbol rezeki yang harus dicari dengan halal, sekaligus pengingat agar pasangan dermawan dan suka berbagi.
Permen
Menggambarkan kehidupan rumah tangga yang manis, penuh cinta dan kebahagiaan.
Bunga Setaman
Mewakili keharuman nama baik keluarga, sekaligus doa agar rumah tangga selalu harmonis dan sejuk.
Berbagi Kebahagiaan → saat sawer, anak-anak dan tamu biasanya berebut uang atau permen. Ini mengajarkan pasangan bahwa kebahagiaan akan bertambah ketika dibagi.
Nasihat untuk Pengantin → biasanya prosesi sawer disertai tembang saweran, yaitu nyanyian berisi petuah tentang kesetiaan, kesabaran, dan tanggung jawab dalam rumah tangga.
Doa Restu Orang Tua → penaburan dilakukan oleh orang tua atau sesepuh sebagai simbol restu agar rumah tangga baru penuh berkah.
Kini, prosesi sawer tetap dilestarikan meski dengan sentuhan lebih modern. Ada yang menggunakan amplop kecil sebagai pengganti uang logam, atau menambahkan bunga segar sebagai estetika. Namun, esensinya tetap sama: berbagi, mendoakan, dan menyebarkan keberkahan.
Baca juga : Makna Filosofis Prosesi Siraman dalam Adat Jawa
Sawer dalam adat Sunda bukan sekadar ritual tabur uang dan bunga. Ia adalah simbol doa, restu, dan pengingat bahwa rumah tangga harus dibangun dengan rezeki halal, kebaikan, serta kebahagiaan yang dibagi bersama.
Dengan memahami filosofi sawer, pasangan pengantin tidak hanya menjalani prosesi adat, tetapi juga menghayati pesan luhur di baliknya.