keboncinta.com --- Dalam rangkaian pernikahan adat Jawa, siraman menjadi salah satu prosesi penting yang selalu dinanti. Siraman dilakukan sehari sebelum akad nikah, di mana calon pengantin dimandikan dengan air kembang oleh orang tua dan sesepuh keluarga.
Tradisi ini bukan sekadar upacara penyucian, melainkan sarat makna filosofis yang dalam.
Kata siraman berasal dari bahasa Jawa “siram” yang berarti mandi atau membersihkan diri. Prosesi ini melambangkan penyucian lahir dan batin calon pengantin agar siap memasuki kehidupan baru dalam rumah tangga.
Secara filosofis, siraman mengandung pesan bahwa pernikahan harus diawali dengan niat suci, hati bersih, dan kesiapan mental.
Baca juga : Pernikahan Adat Jawa: Makna, Prosesi, dan Filosofinya
Persiapan Air Kembang
Air untuk siraman biasanya berasal dari tujuh sumber mata air, dicampur bunga setaman (melati, mawar, kenanga). Maknanya adalah doa agar calon pengantin senantiasa harum namanya dan mendapat keberkahan dari berbagai arah.
Siraman oleh Orang Tua dan Sesepuh
Orang tua menjadi pihak pertama yang menyiramkan air ke tubuh calon pengantin, kemudian dilanjutkan oleh sesepuh atau tokoh keluarga. Hal ini melambangkan restu dan doa agar rumah tangga yang akan dibangun diridai Allah.
Balangan Suruh
Setelah selesai siraman, biasanya ada ritual melempar daun sirih ke arah calon pengantin. Filosofinya adalah membuang energi negatif serta menjauhkan dari godaan buruk dalam pernikahan.
Pakaian Calon Pengantin
Biasanya calon pengantin mengenakan busana sederhana berupa kain jarik. Ini melambangkan kerendahan hati dan kesucian menjelang hari pernikahan.
Baca juga : Peran Gadget dalam Menguji Keharmonisan Rumah Tangga Modern
Penyucian Diri → membersihkan fisik dan batin calon pengantin sebelum memasuki kehidupan baru.
Restu Orang Tua → simbol kasih sayang orang tua yang mengantarkan anaknya menuju pernikahan.
Kesuburan dan Keharmonisan → air dan bunga dipercaya melambangkan doa agar pasangan selalu subur, harmonis, dan bahagia.
Kesiapan Mental → pengingat bahwa menikah bukan hanya urusan cinta, tetapi tanggung jawab besar yang harus dijalani dengan hati bersih.
Meski zaman semakin modern, prosesi siraman tetap lestari. Banyak pasangan menggabungkannya dengan konsep pernikahan kekinian tanpa menghilangkan nilai filosofis. Prosesi ini tetap menjadi momen haru karena menghadirkan doa, restu, dan kebersamaan keluarga.
Baca juga : Tips Menjaga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah di Era Modern
Siraman dalam adat Jawa adalah simbol penyucian diri, restu orang tua, dan doa untuk kebahagiaan rumah tangga. Lebih dari sekadar tradisi, siraman mengajarkan bahwa pernikahan harus diawali dengan hati yang bersih, siap lahir batin, serta penuh doa restu keluarga.