Keboncinta.com-- Gelaran Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) Nasional XXVIII Tahun 2025 di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), tak hanya jadi ajang syiar keagamaan Islam, tetapi juga membawa dampak ekonomi besar bagi masyarakat sekitar.
Dalam catatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sultra, total omzet perdagangan selama kegiatan berlangsung diperkirakan menembus lebih dari Rp8 miliar di area pameran utama, dan potensi perputaran uang di seluruh Kendari bahkan bisa mencapai ratusan miliar rupiah.
Dalam keterangannya, Kepala Disperindag Sultra, Rony Yakub Laute, mengatakan estimasi tersebut didasarkan pada rata-rata pendapatan harian pelaku usaha yang berpartisipasi di arena STQH.
“Kita prediksi satu UMKM bisa meraih omzet sekitar Rp3 juta per hari. Jika dikalikan sembilan hari dan 300 UMKM, hasilnya sekitar Rp8 miliar. Itu baru yang tercatat di area STQH saja,” ungkapnya kepada wartawan, Minggu (19/10/2025).
Baca Juga: Menag Sebut Asia Tenggara Siapa Jadi Pusat Peradaban Islam Dunia yang Baru
Ia menambahkan, angka tersebut belum termasuk perputaran uang dari sekitar 16.600 pelaku UMKM di Kendari yang turut merasakan dampak positif selama pelaksanaan STQH. “Jika seluruhnya dihitung, potensi peredaran uang bisa menembus lebih dari Rp400 miliar,” terangnya.
Rony juga menjelaskan bahwa kegiatan nasional seperti STQH memiliki efek ganda (multiplier effect) yang besar karena ikut menggerakkan sektor perhotelan, transportasi, kuliner, dan industri oleh-oleh.
“UMKM kita mulai bergairah, hotel-hotel penuh, penjualan oleh-oleh meningkat. Ini momentum besar, karena acara sebesar ini mungkin baru akan kita dapatkan lagi 30 tahun ke depan,” jelasnya.
Dari ribuan pelaku UMKM di Sultra, sekitar 300 usaha berpartisipasi langsung dalam pameran STQH di Kompleks Eks MTQ Kendari. Produk unggulan daerah seperti tenun dan anyaman nentu dari Lohia, Kabupaten Muna, menjadi primadona bagi pengunjung dari berbagai provinsi.
Baca Juga: Perang Shiffin: Sengketa Kekuasaan yang Lahirkan Perpecahan antara Sunni, Syiah, dan Khawarij
Produk tersebut adalah bagian dari program One Village One Product (OVOP) dan masih berstatus binaan provinsi.
Selain menjadi sarana promosi, ajang ini juga memperkenalkan pelaku usaha pada sistem transaksi digital berbasis QRIS. “Ke depan kami akan lakukan pembinaan lanjutan karena sistem transaksi digital sudah menjadi keharusan. Ini penting untuk menyongsong acara berskala nasional berikutnya di Sulawesi Tenggara,” kata Rony.
Bank Indonesia turut mendukung pelaksanaan pameran dengan menyediakan 50 booth tambahan bagi produk kriya dan UMKM binaan, sekaligus menerapkan sistem pembayaran digital untuk mencatat transaksi secara transparan dan efisien.
“Dengan sistem digital, kita bisa mengetahui perputaran uang selama kegiatan berlangsung. Data itu sangat penting untuk evaluasi dan pengembangan UMKM ke depan,” tutur Rony.
Peningkatan okupansi hotel, lonjakan permintaan transportasi, hingga ramainya pusat oleh-oleh menjadi bukti nyata bahwa kegiatan keagamaan berskala nasional dapat menghasilkan dampak ekonomi yang luas.
Disperindag Sultra menilai, sinergi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan pelaku usaha lokal menjadi kunci keberhasilan tersebut.
“Kalau ini bisa kita kelola dengan baik, dampak STQH tidak hanya terasa selama acara, tetapi juga bisa menjadi pijakan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan bagi UMKM di Sulawesi Tenggara,” pungkas Rony.
STQH Nasional 2025 di Kendari Sulawesi Tenggara ini menjadi contoh bagaimana kegiatan keagamaan dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.***