Tidak jarang orang tua masih ada yang percaya kalau bentakan atau hukuman merupakan cara yang paling ampuh untuk mendisiplinkan anak. Padahal yang tumbuh bukannya kesadaran, melainkan rasa takut . Anak-anak memang akan menurut sesaat. Tapi lama kelamaan mereka belajar bukannya untuk memperbaiki diri sendiri, melainkan untuk menyembunyikan kesalahan.
Penelitian di American psychological Association bahkan sudah membuktikan , baik hukuman fisik atau verbal hanya efektif jangka pendek saja. Efek sampingnya? Anak bisa merasa cemas, minder bahkan anak bisa kehilangan kepercayaan kepada orang tuanya sendiri. Mereka bukan sedang belajar disiplin , tapi mereka menghindari konsekuensi.
Berikut cara menumbuhkan disiplin yang benar.
1. Disiplin lahir dari rutinitas bukan dari ancaman
Untuk merasa aman, Anak membutuhkan struktur yang konsisten. Dengan rutinitas yang sederhana, mereka akan paham batasan tanpa tanpa perlu tekanan, seperti jam tidur, jam makan , jam belajar dan jam bermain. Rutinitas akan memberi sinyal alami , dan dari sanalah anak akan belajar mengatur dirinya sendiri.
2. Teladan lebih nyaring daripada bentakan
Anak itu peniru yang ulung. Mereka gampang menangkap apa yang mereka lihat daripada yang mereka dengar. Kalau orang tua ingin anaknya bangun pagi , makan orang tua harus mencontohkan nya. Teladan menciptakan kredibilitas. Anak akan percaya bahwa aturan itu bukan hanya berlaku untuk dirinya sendiri, tetapi untuk semua.
3. Beri pilihan, jangan hanya perintah
Dengan adanya pilihan mereka akan lebih kooperatif. Contoh kecilnya , ketika jam belajar datang , tanyakan : mau baca buku dulu atau kerjakan soal dulu?". Dari situlah muncul perasaan bahwa pilihan ada di tangannya.