Internasional
Rahman Abdullah

Bicara di Forum MABIMS ke-21 Malaysia, Menag Sebut Asia Tenggara Siap Jadi Episentrum Baru Peradaban Islam Dunia

Bicara di Forum MABIMS ke-21 Malaysia, Menag Sebut Asia Tenggara Siap Jadi Episentrum Baru Peradaban Islam Dunia

20 Oktober 2025 | 06:57

Keboncinta.com-- Hadir dalam forum internasional MABIMS ke-21 di Malaysia, Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar menyampaikan harapan agar kawasan Asia Tenggara dapat menjadi episentrum baru peradaban Islam dunia, sebagaimana Baghdad pada masa kejayaan Islam di masa lampau.

Harapan tersebut Menag sampaikan saat memberikan sambutan pada Mesyuarat Menteri-Menteri Agama MABIMS ke-21 yang berlangsung di Melaka, Malaysia, Minggu (19/10/2025).

“Dulu Baghdad dengan Baitul Hikmah-nya melahirkan hegemoni intelektual yang disegani dunia. Kini, Asia Tenggara harus mempersiapkan diri menjadi Baitul Hikmah baru bagi dunia Islam,” ungkap Menag dalam forum MABIMS di Melaka, Malaysia.

Menurut Menag, Timur Tengah telah melaksanakan tugas besar dalam membangun fondasi keislaman. Kini, saatnya Asia Tenggara mengambil peran untuk melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.

Baca Juga: Perang Shiffin: Sengketa Kekuasaan yang Lahirkan Perpecahan antara Sunni, Syiah, dan Khawarij

“Dengan stabilitas politik dan ekonomi yang kita miliki, saya yakin Asia Tenggara bisa menjadi sorotan dunia sebagai pusat peradaban Islam yang baru. Sementara, kita lihat banyak negara Timur Tengah masih menghadapi ketidakstabilan. Karena itu, mungkin justru di kawasan kita peluang itu muncul,” sambung Menag.

Dalam penilaian Menag, Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura memiliki potensi besar untuk membangun sinergi keilmuan dan peradaban.

“Kita perlu memiliki obsesi dan misi untuk membangun martabat Islam bukan hanya lewat politik dan ekonomi, tetapi juga melalui ilmu pengetahuan dan integrasi peradaban,” terangnya.

Menag menegaskan, kebangkitan peradaban Islam masa depan harus berakar pada semangat integrasi ilmu agama dan ilmu umum, sebagaimana yang pernah ditunjukkan oleh Baitul Hikmah di Baghdad. Banyak ilmuan pada masa itu menguasai ilmu umum namun juga seorang sufi.

Baca Juga: STQH Nasional ke-28 Kendari Berakhir, Berikut ini Daftar Lengkap para Juaranya!

“Dengan kekuatan pemikiran, kita bisa membalikkan arah peradaban yakni membangun ideologi, ekonomi, dan ilmu pengetahuan sebagai kekuatan baru umat Islam,” jelasnya.

MABIMS 2025 di Malaysia juga menyepakati Program Semanis MABIMS Seharum Serantau. Di antara program ini adlaah mendorong optimalisasi fungsi masjid, tidak hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga menjadi pusat pemberdayaan sosial dan ekonomi umat.

 

Sebagai informasi, MABIMS merupakan wadah berhimpun Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Dijelaskan Menag, negara anggota MABIMS memiliki visi dan strategi keagamaan yang selaras satu sama lain.

Brunei Darussalam, dengan falsafah Melayu Islam Beraja, terus memperkukuh sistem pendidikan Islam dan memperluas peranan masjid sebagai pusat tamadun dan perpaduan ummah.

Baca Juga: Hadir dalam Forum MABIMS ke-21 di Melaka, Menag RI Perkenalkan Konsep Trilogi Kerukunan Jilid II, Seperti apa?

Malaysia, melalui visi Malaysia MADANI, menekankan pembangunan berteraskan nilai kemampanan, kesejahteraan, daya cipta, hormat, keyakinan, dan ihsan yang berlandaskan maqasid syariah.

Sementara Singapura, melalui Religious Harmony and Community Resilience Strategy, menampilkan wajah Islam yang inklusif, moderat, dan bersahabat di tengah masyarakat plural.

Menag menegaskan bahwa Indonesia dengan komitmennya melalui gagasan Moderasi Beragama dan Trilogi Kerukunan Jilid II, yaitu kerukunan antarsesama manusia, kerukunan manusia dengan alam semesta, dan kerukunan manusia dengan Tuhan.

Konsep ini meneguhkan keseimbangan antara keimanan, kemanusiaan, dan lingkungan, dengan tujuan mewujudkan harmoni sosial dan perdamaian di tengah keberagaman suku, ras, dan agama.

Baca Juga: Dalam Doa Bersama Lintas Agama, Menag Bacakan Deklarasi Jaga Perdamaian di Indonesia

“Trilogi Kerukunan menegaskan bahwa agama harus menjadi sumber harmoni sosial dan kemaslahatan bersama,” tutur Menag.

Pada era digital saat ini, lanjut Menag, teknologi dapat menjadi instrumen efektif untuk mempromosikan koeksistensi damai dan kolaborasi lintas agama untuk terciptanya kedamaian hidup.***

Tags:
Internasional Khazanah Islam Menag

Komentar Pengguna