Keboncinta.com-- Kita hidup di zaman yang penuh kebisingan — bukan hanya dari suara mesin dan keramaian, tetapi juga dari arus informasi, opini, dan ambisi yang tiada henti. Pikiran terus berlari, hati semakin lelah. Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, banyak orang kehilangan arah, padahal yang mereka butuhkan hanyalah diam sejenak dan menemukan Allah dalam keheningan.
Keheningan, Ruang Bertemu dengan Diri dan Tuhan
Keheningan bukan berarti tanpa suara, melainkan ketenangan batin yang lahir dari kesadaran akan kehadiran Allah. Di saat semua sibuk berbicara, hening memberi ruang bagi hati untuk mendengar — bukan dari luar, tapi dari dalam.
Allah berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d [13]: 28)
Ketika dunia terasa menyesakkan, dzikir dan tafakur dalam keheningan menjadi jalan untuk menemukan kembali makna hidup. Sebab, di sanalah kita menyadari bahwa ketenangan sejati bukan datang dari kebisingan pencapaian, tetapi dari kedekatan dengan Sang Pencipta.
Menepi Bukan Berarti Lari
Kadang, yang kita butuhkan bukan solusi baru, tetapi jarak dari keramaian agar bisa kembali jernih melihat hidup. Rasulullah ﷺ sendiri sering ber-tahannuts — menyepi di Gua Hira sebelum diutus menjadi nabi. Dalam kesunyian itu, wahyu pertama turun, dan cahaya kebenaran lahir.
Diam sejenak dari hiruk-pikuk dunia bukan tanda lemah, melainkan bentuk perenungan yang matang. Dalam sunyi, kita belajar mendengar suara hati — suara yang sering tenggelam oleh sibuknya urusan dunia.
Temukan Allah di Setiap Hening
Cobalah sesekali berhenti mengejar dunia, menutup layar, dan menenangkan diri. Rasakan napas, renungi nikmat, dan sebut nama Allah dalam lirih dzikir. Di situlah kedamaian yang sejati hadir — bukan karena semuanya mudah, tetapi karena hati sudah tenang bersama-Nya.
Dunia akan selalu bising, tapi hati yang mengingat Allah akan selalu tenang.
Ketika dunia terasa riuh dan menyesakkan, temuilah Allah dalam keheningan. Sebab di sanalah kita menemukan arah, makna, dan kedamaian yang sesungguhnya.
Kadang Allah tidak bicara lewat suara, tapi lewat hening yang menyentuh jiwa.
Contributor: Tegar Bagus Pribadi