Keboncinta.com-- Pernah nggak, kamu ngerasa capek bukan karena kerja, tapi karena orang di sekitar? Teman yang suka menjatuhkan, pasangan yang selalu menuntut, atau bahkan lingkungan kerja yang bikin kamu kehilangan semangat. Kalau iya, bisa jadi kamu lagi berada di lingkungan toxic.
Toxic bukan cuma soal orang jahat. Kadang mereka terlihat baik, tapi perlahan bikin kamu kehilangan rasa percaya diri, kebahagiaan, bahkan jati diri.
1. Kenali Tanda Lingkungan Toxic
Lingkungan toxic itu ibarat racun halus. Awalnya nggak terasa, tapi lama-lama nyerang mental.
Beberapa tandanya:
Kalau kamu sering ngerasain hal-hal kayak gini, tandanya waktunya take a step back.
2. Jangan Normalisasi Hal yang Nyakitin
Kalimat “ya emang dia kayak gitu kok” sering banget jadi pembenaran buat perilaku toxic. Padahal, semakin sering kamu membiarkan hal itu, semakin besar racun yang masuk. Ingat, memahami orang bukan berarti membiarkan diri disakiti terus.
3. Belajar Pasang Batas
Kata “tidak” bukan tanda kamu egois, tapi tanda kamu peduli pada diri sendiri. Bikin batas jelas: kapan kamu mau dengerin, kapan kamu butuh ruang, dan kapan kamu harus pergi. Batasan bukan dinding, tapi pelindung supaya kamu tetap sehat secara mental.
4. Jangan Takut Menjauh
Kadang langkah paling sehat bukan bertahan, tapi meninggalkan. Kamu nggak wajib tetap di tempat yang bikin kamu rusak cuma karena “nggak enak”. Pergi dari yang toxic bukan berarti kamu lemah — itu tanda kamu cukup kuat untuk mencintai diri sendiri.
5. Bangun Lingkungan yang Menumbuhkan
Cari orang yang suportif, yang mau denger tanpa menghakimi, dan yang mendorong kamu jadi versi terbaik dari dirimu. Hidup terlalu singkat buat dikelilingi energi negatif. Mulai dari hal kecil: rawat hubungan yang bikin kamu tenang, dan lepaskan yang bikin kamu tenggelam.
Kita nggak bisa mengubah semua orang, tapi kita bisa memilih siapa yang pantas ada di sekitar kita. Ingat, kamu berhak atas ketenangan, atas ruang yang nggak penuh drama, dan atas hidup yang bahagia.
“Jangan biarkan orang lain jadi alasan kamu berhenti mencintai dirimu sendiri.”
Contributor: Tegar Bagus Pribadi