Sidogiri: Evolusi Pesantren yang Tak Pernah Padam

Kebon cinta - Sidogiri adalah pondok pesantren yang terletak di Sidogiri, Pasuruan. Pondok Pesantren Sidogiri didirikan pada awal abad ke-18, menjadikan Sidogiri sebagai salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia.
Sayyid Sulaiman mendirikan pondok pesantren di Sidogiri dengan bantuan Kiai Aminullah, santri dan menantu Sayyid Sulaiman dari Bawean.
Ada dua versi mengenai tahun pendirian Pondok Pesantren Sidogiri.
Pertama, dalam catatan yang ditulis Panca Warga pada 1963, pondok pesantren didirikan pada 1718.
Kedua, dalam surat bertahun 1971 yang ditandatangani oleh K.A. Sa'doellah Nawawie, tertulis Pondok Pesantren Sidogiri memperingati milad ke-226 pada tahun tersebut, menyiratkan bahwa pondok pesantren didirikan pada 1745.
Versi kedua ini kemudian menjadi patokan hari ulang tahun dan ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri.
Pada 14 Safar 1357 (15 April 1938), K.H. Abdoel Djalil bin Fadlil menerapkan pengajaran dengan dua sistem, yakni ma'hadiyah dan madrasiyah. Ma'hadiyah adalah sistem pesantren salaf yang sudah lama diterapkan di Sidogiri, sedangkan madrasiyah adalah sistem madrasah dengan kelas, dikenal dengan nama Madrasah Miftahul Ulum (MMU). Sejak 1961, murid tingkat akhir MMU Tsanawiyah diwajibkan menjadi guru agama di berbagai daerah di Indonesia selama
setahun untuk memperoleh ijazah kelulusan. Pada 1982, MMU Aliyah dibuka sebagai lanjutan MMU Tsanawiyah. MMU kini terdiri dari empat jenjang: istidadiyah, ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah.
Selain pembentukan MMU, Pondok Pesantren Sidogiri juga membuka beberapa madrasah ranting. Gagasan ini dicetuskan oleh K.H. Sa'doellah Nawawie pada 1961, dengan madrasah ranting pertama dibuka di Jeruk, Pasuruan. Madrasah-madrasah ranting kemudian juga dibuka di luar Pasuruan, sehingga dibuat pengelompokan menjadi MMU A di wilayah Kabupaten Pasuruan dan MMU B di luar Kabupaten Pasuruan.
Pada masa kepengasuhan K.H. Cholil Nawawie, K.H. Hasani Nawawie mengusulkan agar dibentuk wadah musyawarah keluarga yang dapat membantu pengasuh selama bertugas.
Setelah usul itu disepakati, dibentuklah satu wadah yang diberi nama Panca Warga. Anggotanya adalah lima putra laki-laki KH. Nawawie bin Noerhasan, yakni, K.H. Noerhasan Nawawie, K.H. Cholil Nawawie, K.H. Siradj Nawawie, K.A. Sa'doellah Nawawie, dan K.H. Hasani Nawawie.
Tags:
pendidikanKomentar Pengguna
Recent Berita

Lakukan Pertemuan bersama Wamenag, Eks Jaring...
23 Jul 2025
Sambut Kunjungan Dubes AS di Masjid Istiqlal,...
23 Jul 2025
Tingkatkan Efisiensi dan Akuntabilitas Pengel...
23 Jul 2025
Waktu yang Tepat untuk Kebaikan: Kapan Doa M...
23 Jul 2025
Sediakan Ratusan Kuota Beasiswa S2 dan S3, Ke...
23 Jul 2025
Kementerian Agama Gelar Rapat Membahas Mengen...
23 Jul 2025
Menag Sambut Hangat Kunjungan Dubes Afghanist...
23 Jul 2025
Bid Propam Polda Sumut Periksa Disiplin Perso...
23 Jul 2025
Luka di Dada: Ketika Perasaan Tergores Tanpa...
23 Jul 2025
5 Teknik Menjatuhkan Argumen Lawan Bicara den...
23 Jul 2025
9 Waktu Mustajab, Doa Anda Lebih Mudah Dikabu...
23 Jul 2025
Kabar gembira! Sekolah-sekolah Akan Memperken...
23 Jul 2025
Dosen PPPK Berdiskusi dengan Menteri Pendidik...
23 Jul 2025
Bagaimana Lulusan IPDN Ditempatkan, Apakah La...
23 Jul 2025
6 Aplikasi Hasil TKA, Termasuk Jalur Prestasi...
23 Jul 2025
Mahasiswa Ajukan Uji Materi ke Mahkamah Konst...
23 Jul 2025
DPR Soroti Realisasi Anggaran Pendidikan di B...
23 Jul 2025
Wakil Menteri Stella Mengungkapkan Strategi H...
23 Jul 2025
Malaysia Turunkan Harga Bahan Bakar dan Berik...
23 Jul 2025