Landasan Kurikulum Berbasis Cinta: Perspektif Filosofis, Sosiologis, dan Psikopedagogis

Dalam upaya transformasi pendidikan nasional yang lebih humanis, bermakna, dan transformatif, Kementerian Agama Republik Indonesia menggagas pendekatan baru yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Cinta.
Kurikulum ini tidak sekadar menekankan aspek kognitif peserta didik, tetapi juga secara kuat menumbuhkan nilai-nilai kasih sayang, kepedulian, empati, dan penghargaan terhadap keberagaman dan kemanusiaan.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Cinta yang berlaku di seluruh satuan pendidikan di bawah Kementerian Agama, dari RA, MI, MTs, MA, hingga MAK, dilandasi oleh tiga kerangka utama yang menjadi fondasi kurikulum: landasan filosofis, sosiologis, dan psikopedagogis. Ketiganya menjadi pilar utama dalam merancang kurikulum yang tidak hanya relevan dengan perkembangan zaman, tetapi juga kontekstual terhadap kebutuhan peserta didik Indonesia.
1. Landasan Filosofis: Akar Nilai dan Tujuan Pendidikan
Filsafat pendidikan berperan sebagai dasar pemikiran dalam perumusan kurikulum. Menurut para pakar seperti John Dewey, Ralph Tyler, dan Goodlad, tidak mungkin merancang kurikulum tanpa fondasi filosofis yang jelas. Filsafat menggambarkan visi ideal tentang manusia dan masyarakat yang ingin diwujudkan melalui pendidikan (Ornstein & Hunkins, 2018).
Dalam konteks Indonesia, Kurikulum Berbasis Cinta berlandaskan pada Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa. Nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, dan Keadilan Sosial dijadikan kompas moral dalam membangun kurikulum yang menyentuh hati dan akal.
Secara operasional, pendekatan ini berpijak pada kerangka pemikiran Ki Hajar Dewantara, yang menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia merdeka, manusia yang mampu berdiri di atas kekuatan sendiri, tidak tergantung, tetapi tetap menjunjung tinggi hubungan antarmanusia. Pendidikan, menurut beliau, harus memerdekakan, bukan membelenggu. Inilah dasar mengapa cinta menjadi jiwa dari proses pendidikan.
Beberapa prinsip filosofis yang mendasari Kurikulum Berbasis Cinta di madrasah antara lain:
-
Pendidikan yang berakar pada budaya dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
-
Penguatan karakter peserta didik secara seimbang dengan kompetensi akademik.
-
Keleluasaan madrasah untuk merancang kurikulum yang kontekstual dan sesuai perkembangan peserta didik.
-
Pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan, inspiratif, dan menghargai keberagaman.
-
Pengakuan terhadap otoritas guru sebagai pendidik sekaligus fasilitator proses pertumbuhan jiwa peserta didik.
2. Landasan Sosiologis: Tanggapan terhadap Realitas Sosial
Pendidikan selalu hadir dalam konteks sosial tertentu. Oleh karena itu, kurikulum yang relevan harus mampu merespons dinamika masyarakat. Landasan sosiologis Kurikulum Berbasis Cinta berpijak pada tiga tantangan besar:
a. Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0
Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara manusia hidup, belajar, dan berinteraksi. Gagasan Masyarakat 5.0 (Deguchi, dkk., 2020) menekankan pentingnya relasi antara teknologi dan manusia, serta pentingnya memanusiakan teknologi. Dalam Kurikulum Berbasis Cinta, teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi juga menjadi sarana memperkuat nilai kemanusiaan dan kolaborasi sosial.
b. Dinamika Global
Dalam dunia yang makin terhubung, peserta didik perlu dibekali dengan kesadaran kosmopolitan (Gunesch, 2004; Hansen, 2008). Artinya, mereka belajar untuk menjadi warga dunia yang memahami berbagai budaya, peka terhadap isu global, dan mampu berkontribusi secara positif dalam skala lokal maupun internasional. Kurikulum Berbasis Cinta memperkuat dimensi ini melalui pendidikan yang berlandaskan cinta universal dan tanggung jawab global.
c. Keragaman Sosial di Indonesia
Indonesia dikenal dengan keragaman agama, etnis, budaya, dan bahasa. Sayangnya, potensi ini kadang justru melahirkan konflik jika tidak dikelola dengan baik (Latif, 2011). Kurikulum Berbasis Cinta menjawab kebutuhan ini dengan menanamkan nilai-nilai toleransi, dialog, dan penghargaan terhadap perbedaan.
Tags:
kurikulum berbasis cinta landasan filosis landasan sosiologis landasan psikopedagogisKomentar Pengguna
Recent Berita

Kemendiktisaintek Prioritaskan 80% Beasiswa L...
25 Jul 2025
Wamenkomdigi Ungkap Indonesia Siap Integrasik...
25 Jul 2025
Targetkan Talenta Digital 12 Juta Orang di 20...
25 Jul 2025
Kemenag Resmi Luncurkan Kurikulum Berbasis Ci...
25 Jul 2025
Alumni Ma’had Aly Kini Diakui di SIMPATIKA, B...
25 Jul 2025
Belajar Menghitung Luas Permukaan Limas Secar...
25 Jul 2025
Angklung: Jenis-Jenis, Karakteristik, dan Car...
25 Jul 2025.jpeg)
Apa Saja yang Termasuk Jaringan pada Hewan? I...
25 Jul 2025
HIKMAH MEMILIH TEMAN DAN MENJADI 'ALIM YANG S...
25 Jul 2025
Paparkan Urgensi Teknologi Image Processing d...
24 Jul 2025
Peduli Pendidikan Madrasah, Sejumlah Pemda Da...
24 Jul 2025
CORAK TASAWUF ISLAM DI NUSANTARA
24 Jul 2025
Indahnya Toleransi! Seorang Warga Katolik Asa...
24 Jul 2025
Terima Kunjungan Dubes RI untuk UEA, Menag Ba...
24 Jul 2025
Catat Baik-baik! Kemenag Usahakan PPG Guru Ag...
24 Jul 2025
Dinilai Berikan Banyak Manfaat, Menag Apresi...
24 Jul 2025
Dirikan Ekosistem Wakaf Produktif, Kemenag Ku...
24 Jul 2025
Menag Lakukan Audiensi bersama Pengurus Pusat...
24 Jul 2025
Ketika hidup terasa berat; 7 mental note solu...
24 Jul 2025